PLN Harus Implementasikan Efisiensi Perusahaan

25-06-2020 / KOMISI VI
Anggota Komisi VI DPR RI Lamhot Sinaga saat rapat di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Kamis (25/6/2020), Foto : Azka/Man

 

Ragam kritik oleh Anggota Komisi VI DPR RI mewarnai rapat dengar pendapat dengan Direktur Utama PT. PLN Persero. Mulai dari masalah pembengkakan tarif listrik hingga meteran usang PLN. Menanggapi hal tersebut, Anggota Komisi VI DPR RI Lamhot Sinaga menilai akar dari segala masalah yang menimpa PLN tersebut adalah kultur korporasi yang tidak efisien.

 

Ditemui usai rapat di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Kamis (25/6/2020), Lamhot mengatakan bahwa Komisi VI DPR RI akan melihat kinerja Dirut PLN selama satu tahun ke depan untuk mewujudkan implementasi perusahaan. Menurutnya dalam konteks pencatatan meteran saja di zaman ini untuk sebuah perusahaan seperti PLN sudah sangat primitif.

 

“Dikatakan pelanggan 75 juta, kalau saya kalikan dalam pencatat meteran yang datang secara manual, yang secara pencatatan meteran yang primitif itu kalau saya kalikan 3 ribu perak saja, dikali 75 juta pelanggan, maka Rp 225 miliar, dikali 12 bulan berarti Rp 2,7 triliun. Itu baru cost pencatatan, belum lagi cost kalibrasi atau terra. Belum lagi penggantian meteran itu setiap 5 tahun harus diganti,” urainya.

 

Politisi Partai Golkar ini melihat ada potensi kehilangan profit yang sangat besar akibat adanya inefisiensi di dalam tubuh PLN. Hal ini tentu sangat disayangkan. Untuk itu Lamhot meminta Dirut PLN untuk melakukan efisiensi secara gradual dimulai dari digitalisasi pencatat meteran yang menimbulkan kisruh di masyarakat belakangan ini.

 

Masak kalah dengan startup-startup yang baru tumbuh kemarin. Yang saya maksudkan adalah, jangan-jangan karena pencatatan yang sangat primitif ini, terjadi inefisiensi yang luar biasa sehingga membengkaklah subsidi yang akan dibayarkan pemerintah. Itu mata rantai yang harus kita putus,” jelas politisi dapil Sumut ini.

 

Lamhot mengatakan yang paling penting adalah visi dari PLN itu sendiri harus sudah mengarah kepada sebuah korporasi yang efisien. “Kemudian dengan begitu juga bapak nanti tidak akan terjadi banyak complain seperti yang terjadi sekarang ini. Kemudian terjadi akurasi data. Kemudian terjadi efisiensi. Banyak sekali yang diuntungkan kalau itu bisa dilakukan oleh PLN,” tukasnya. (er/sf)

BERITA TERKAIT
Asep Wahyuwijaya Sepakat Perampingan BUMN Demi Bangun Iklim Bisnis Produktif
09-01-2025 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir berencana akan melakukan rasionalisasi BUMN pada tahun 2025. Salah...
147 Aset Senilai Rp3,32 T Raib, Komisi VI Segera Panggil Pimpinan ID FOOD
09-01-2025 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengungkapkan raibnya 147 aset BUMN ID Food senilai Rp3,32 triliun. Menanggapi laporan tersebut,...
Herman Khaeron: Kebijakan Kenaikan PPN Difokuskan untuk Barang Mewah dan Pro-Rakyat
24-12-2024 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen akan mulai berlaku per 1 Januari 2025. Keputusan ini...
Herman Khaeron: Kebijakan PPN 12 Persen Harus Sejalan dengan Perlindungan Masyarakat Rentan
24-12-2024 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Anggota Komisi VI DPR RI Herman Khaeron menyoroti pentingnya keberimbangan dalam implementasi kebijakan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai...