Permintaan Menurun, Produksi Avtur Harus Terjaga
Anggota Komisi VII DPR RI Rudy Mas’ud. Foto: Sofyan/sf
Pandemi Covid-19 telah memukul hampir semua sektor, tak terkecuali industri penerbangan. Penurunan jumlah penerbangan, baik maskapai domestik maupun internasional, turut berimbas pada permintaan avtur. Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, sebagai salah satu pintu masuk ke Indonesia, turut terdampak adanya pandemi ini. Anggota Komisi VII DPR RI Rudy Mas’ud menilai, akibat adanya pandemi, avtur dari Pertamina kehilangan pasarnya, sehingga terkontraksi cukup dalam. Ia berharap pandemi segera berakhir, sehingga sektor penerbangan maupun sektor-sektor lainnya kembali pulih.
“Saat ini dengan pandemi, kita kehilangan pasar (permintaan avtur) cukup dalam kontraksinya. Menurut saya ini adalah temporary, artinya ini mudah-mudahan pandemi segera berlalu. Insya Allah ekonomi kembali pulih. Nah yang perlu kita ansitisipasi adalah penerbangan-penerbangan ini akan bertambah. Sehingga menurut saya perlu diantisipasi supaya produksi avtur tetap dijaga. Pertamina mesti siapkan juga storage tank, supaya bisa menampung produksi avtur ini cukup untuk tetap bisa dijaga produksinya,” jelas Rudy, saat mengikuti Kunjungan Kerja Reses Komisi VII DPR RI ke Tangerang, Banten, Jumat (9/10/2020).
Dalam Kunker Komisi VII DPR RI yang dipimpin Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Alex Noerdin ini, Tim Kunker menggelar pertemuan dengan jajaran Ditjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM), Ditjen Ketenagalistrikan KESDM, BPH Migas, Direksi Pertamina, Direksi PLN, Kepala DPPU Pertamina Aviation Soetta, dan Kepala PLN Gardu Induk Cengkareng. Pasokan listik dari PLN dan avtur untuk Bandara Soekarno-Hatta dari Pertamina mendapat sejumlah sorotan dari Tim Kunker Komisi VII DPR RI.
Akibat dari menurunnya permintaan avtur, termasuk produk-produk lainnya, Pertamina mengalami kerugian yang cukup signifikan. Sebagai antisipasi kerugian semakin tinggi, sejumlah masukan pun datang dari Anggota Komisi VII DPR RI. Salah satunya dengan menghentikan pada produksi Pertamina yang berbiaya mahal, seperti biodiesel. Rudy pun sepakat dengan hal tersebut. Politisi Partai Golkar itu menyarankan agar Pertamina menyetop dan memangkas produksi untuk produk-produk mahal, agar harganya bisa tetap kompetitif.
“Nah, yang harus dilakukan supaya minyak biodiesel ini kalau bisa ditiadakan dulu, karena memang juga dari sisi kualitasnya Pertamina juga sangat merugi. Memang demand-nya yang juga kurang baik. Dari sisi (produk) avturnya, demand industrinya bukan juga untuk masyarakat. Memang itu sangat berkurang, karena berkaitan dengan pandemi ini kita memang dibatasi aktifitasnya. Saya rasa itu bukan hanya di Jakarta, tapi seluruh Indonesia. Dan sebenarnya demand itu yang paling banyak di Jawa, Madura, Bali. Pemakaian daerah-daerah lain seperti Kalimantan, Sulawesi itu sedikit, apalagi berkaitan dengan produksi kegiatan tambang batu bara, memang pangsa pasar itu hilang banyak sekali untuk industri ini,” tandas legislator dapil Kalimantan Timur ini.
Sebelumnya, jajaran Direksi PT. Pertamina menyampaikan, permintaan avtur nasional dalam kurun waktu beberapa bulan terakhir turun hingga 48 persen. Bahkan, permintaan avtur untuk Bandara Internasional Soekarno-Hatta anjlok mencapai 58 persen, dimana konsumsi avtur bandara di Tangerang ini mencapai 35 persen dibandingkan bandara-bandara domestik lainnya. Penurunan permintaan ini diakibatkan adanya pandemi Covid-19. Kendati ada penurunan permintaan avtur dan pengurangan kapasitas operasi, Pertamina memastikan akan kembali memaksimalkan produksinya jika demand (permintaan) kembali meningkat. (sf)