Ketua DPR Hadiri Malam Munajat Lailatul Qadar Masyarakat Sambas, Kalbar
Mesjid Agung Jami Sultan Muhammad Shafiuddin II, salah satu bangunan bersejarah di kabupaten Sambas, Kalimantan Barat dipenuhi warga masyarakat mengikuti Malam Munajat Lailatul Qadar, Sabtu (20/8/2011).
“Kita bermunajat pada 10 malam terakhir Ramadhan sekaligus menyambut datangnya malam Lailatul Qadar yang diperkirakan datang pada malam-malam ganjil. Semua pasti berharap mendapatkannya karena bernilai lebih baik dari seribu bulan,” kata Ketua DPR RI Marzuki Ali mengawali pidatonya.
Akan tetapi ia berharap jamaah yang hadir pada malam itu bukan hanya fokus pada 10 hari terakhir tetapi sudah mampu menjaga kualitas ibadahnya sejak awal Ramadahan. Rahmat, maghfirah dan mendapatkan malam Lailatul Qadar menurutnya hanya diperoleh hambaNYA yang konsisten beribah.
Ketua DPR juga memberikan apresiasi kepada tekad pemerintah daerah yang ingin menjadikan Sambas sebagai Bumi Serambi Mekah. Namun ia berpesan agar program yang diiringi upaya melahirkan seribu dai itu dipersiapkan dengan baik. Program pendidikan yang tersebar dibeberapa pesantren agar memberikan bekal yang seimbang.
“Calon da’i jangan hanya diberikan pendidikan agama sedangkan pelajaran menyangkut ilmu pengetahuan dan teknologi serta kewirausahaan dilupakan,” imbuhnya. Banyak kasus para dai setelah menyelesaikan pendidikan di Ponpes tidak bisa mensejahterakan diri sendiri apalagi kalau ditambah beban mensejahterakan orang lain.
Sebagian bahkan tidak dapat mengajar mengaji, bukan karena tidak mampu tapi karena sebagian besar masyarakat berpandangan belajar ngaji itu gratis, tidak perlu bayar mahal. Orang tua lebih rela membayar dengan harga tinggi kursus bahasa Inggris. “Apabila kondisi ini tidak diperhatikan program itu bisa terjebak menjadi pusat kemiskinan baru,” kata Marzuki mengingatkan. Para da’i perlu diberikan pengatahuan kewirausahaan, supaya jangan sampai berdakwah mengharapkan amplop. Sehingga martabat para pendakwah ini bisa betul-betul terangkat, tidak terangkat karena amplop.
Lebih jauh Ketua DPR menambahkan ia siap memperjuangkan progmam yang sedang dikembangkan pemerintah di daerah asalkan mampu menjaga komitmen dan tidak korupsi. Baginya optimalisasi potensi daerah yang paling utama adalah menggunakan potensi itu dengan cerdas dan menguntungkan masyarakat. Ini dapat dimulai dengan tidak mempersulit investor yang ingin masuk.
Ia juga memberikan contoh kegagalan pemerintah di daerah lain ketika membangun tidak mengedepankan kepentingan rakyat. “Ada bupati yang mengoleksi puluhan mobil atau didaerah lain menjual seluruh konsesi pertambangan kepada swasta tidak ada yang disisakan untuk daerah, semuanya berujung kegagalan, rakyatnya berteriak” katanya.
Sesuatu itu akan berakhir pada saatnya kalau Allah SWT menghendaki, jadi para pemimpin tidak perlu khawatir dijatuhkan asalkan bekerja mengedepankan rakyat. “Makanya suara saya terkadang berbeda dengan kebanyakan orang. Tidak apa sepanjang itu untuk kepentingan rakyat, soal citra tidak ada urusan. Nilai kita akan ditulis Allah, bukan manusia,” demikian Marzuki.
Dalam kesempatan itu Ketua DPR berkesempatan melihat mesjid bersejarah yang dibangun pada masa pemerintah Sultan Muhammad Shafiuddin II tahun 1885. Masjid yang berada di selatan alun-alun kesultanan ini seluruh bangunannya terbuat dari kayu, terdiri dari dua tingkat disangga delapan tiang dari kayu belian berukuran besar.
Ketua DPR didampingi Bupati Sambas Juliarti Djuhardi Alwi juga melihat bangunan kesultanan serta monumen tiang kapal. Dua tiang penyangga pada sisi kiri dan kanan tiang melambangkan dalam menjalankan roda pemerintahannya Sultan selalu didampingi oleh Ulama dan Khatib. Bupati yang juga dokter perempuan ini menyebut disekitar area ini gugur pahlawan Sambas, Tabrani Ahmad yang ditembak penjajah Belanda saat mempertahankan merah putih. (iky) foto:ik/parle