Pemerintah Diminta Kaji Ulang Pembangunan IKN Baru di Kaltim

14-06-2021 / BADAN ANGGARAN
Anggota Badan Anggaran (Banggar) DPR RI Ecky Awal Mucharam. Foto: Jaka/rni

 

Anggota Badan Anggaran (Banggar) DPR RI Ecky Awal Mucharam meminta pemerintah untuk mengkaji ulang pembangunan Ibu Kota Negara  (IKN) baru di Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur. Hal itu menurut Ecky didasarkan pada faktor Covid-19 yang belum menemukan kepastian baik di level global, regional, maupun lokal Indonesia.

 

“Bapak Menko, tolong dikaji ulang hal itu. Di tengah Covid-19 yang ada ketidakpastian baik di level global, regional, maupun lokal, IKN apapun pertimbangannya perlu dikaji ulang bahkan kalau perlu tidak dilanjutkan,” ujar Ecky dalam Rapat Kerja Banggar DPR RI dengan Menko Perekonomian; Menko Polhukam; Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan; dan Menko Kemaritiman dan Investasi, di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (14/6/2021).

 

Menurut Ecky, terdapat beberapa faktor yang menjadi sebab kenapa pembangunan IKN baru tidak perlu dilanjutkan. Pertamadari sisi letak geografis (land), IKN baru di Penajam Paser Utara memiliki kontinental atau kepulauan yang sama dengan dua negara berbeda, yaitu Malaysia dan Brunei Darussalam.

 

“Ketika ibu kota terletak di Jawa, posisinya terhalangi dengan Pulau Sumatera dan Kalimantan, serta Laut Jawa. Sedangkan di sana (Penajam Paser Utara, red), ada satu kontinental yang sama yaitu Kalimantan,” ujar politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tersebut.

 

Keduadari sisi Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta (sishankamrata), menurut Anggota Komisi XI DPR RI tersebut, kota-kota di Jawa, termasuk ibu kota, jika terjadi penyerangan maka penduduknya yang mayoritas di Pulau Jawa akan bisa menjadi alat pertahanan semesta. Sedangkan, tambah Ecky, jumlah penduduknya sangat terbatas.

 

Ketigadari faktor ekonomi. Kalau ingin melahirkan pertumbuhan sentra ekonomi baru, saya rasa sekarang program pemerintah melalui KEK (Kawasan Ekonomi Khusus, red) dan pembangunan infrastruktur itu, saya rasa bagian dari proses pertumbuhan ekonomi baru. Apalagi kalau ditinjau dari sisi APBN, konsekuensi pemidahan ibukota bukan sebatas pemindahan gedung atau ASN, tapi memindahkan jutaan orang dan daya dukung ibukota itu sendiri,” tambah Ecky.

 

Karena itu, Ecky berharap warisan (legacy) yang dapat dijadikan momentum pemerintahan saat ini meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), meletakkan dasar ekonomi yang stabil, dan menyehatkan fiskal APBN. “Apabila kita keluar dari krisis COVID-19 di tahun 2022 dan tidak diikuti krisis keuangan di 2023, ini saya punya keyakinan Indonesia akan jadi pemenang,” tutup Ecky. (rdn/sf)

BERITA TERKAIT
Banggar Kasih Solusi Cespleng Antisipasi Risiko Kenaikan PPN Jadi 12 Persen, Apa Saja?
24-12-2024 / BADAN ANGGARAN
PARLEMENTARIA, Jakarta - Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI Said Abdullah meminta pemerintah melakukan mitigasi resiko atas dampak kenaikan PPN...
Pertimbangkan Kondisi Ekonomi, Pemerintah Diberi Ruang Diskresi Batas Atas-Bawah Kenaikan PPN
24-12-2024 / BADAN ANGGARAN
PARLEMENTARIA, Jakarta - Badan Anggaran (Banggar) DPR RI merespon terkait polemik kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11 persen menjadi...
Kunjungi Jatim, Banggar Bahas Kenaikan PPN 12%
04-12-2024 / BADAN ANGGARAN
PARLEMENTARIA, Surabaya - Tim Kunjungan Kerja Spesifik (Kunspek) Badan Anggaran (Banggar) DPR RI yang dipimpin oleh Wakil Ketua Banggar DPR...
Rapat Banggar DPR Bahas Anggaran 2025 Bersama Tujuh Menko
02-12-2024 / BADAN ANGGARAN
PARLEMENTARIA, Jakarta – Badan Anggaran (Banggar) DPR RI menggelar rapat kerja dengan tujuh menteri koordinator Kabinet Merah Putih di ruang...