Tak Sekadar Restrukturisasi, PT Barata Harus Lakukan Transformasi Teknologi

01-12-2021 / KOMISI VI
Anggota Komisi VI DPR RI Sondang Tiar Debora Tampubolon saat mengikuti Kunjungan Kerja Spesifik Panitia Kerja (Panja) Penyehatan dan Restrukturisasi BUMN Komisi VI DPR RI ke PT Barata Indonesia, di Gresik, Jawa Timur, Senin (29/11/2021). Foto: Ridwan/Man

 

Anggota Komisi VI DPR RI Sondang Tiar Debora Tampubolon menilai PT Barata Indonesia (Persero) tidak cukup hanya melakukan restrukturisasi perusahaan, melainkan harus transformasi agar lebih lincah (agile) dengan teknologi. Sebab, menurut Sondang, saat ini era di mana digitalisasi teknologi sudah berkembang. Namun, perusahaan pelat merah ini masih jamak dikerjakan dengan cara manual.

 

“Sekarang kan teknologi sudah berkembang, itu kenapa tidak dibikin otomasi. Tidak dibikin PLC (programmable logic controller), apalagi sekarang sudah era digitalisasi,” jelas Sondang saat mengikuti Kunjungan Kerja Spesifik Panitia Kerja (Panja) Penyehatan dan Restrukturisasi BUMN Komisi VI DPR RI ke PT Barata Indonesia, di Gresik, Jawa Timur, Senin (29/11/2021).

 

Saat ini, BUMN Manufaktur tersebut baru saja mendapatkan putusan voting Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) di Pengadilan Negeri Surabaya. Dampak dari putusan tersebut, PT Barata harus melakukan restrukturisasi manajemen, termasuk pengelolaan aset, dalam pembinaan PT Perusahaan Pengelolaan Aset (PPA). Padahal, dari sejarahnya, perusahaan ini telah berdiri sejak zaman Belanda pada tahun 1901 dengan nama NV Machinefabrik Braat yang fokus terhadap industri manufaktur terutama untuk agrikultur.

 

Lalu, saat ini, masuk ke sektor manufaktur untuk makanan, energi, dan pengairan. “Karena itu, sebagai Anggota Komisi VI, saya melihat perlu ada dukungan khusus dari pemerintah, dalam hal ini membentuk ekosistem dari hulu ke hilir, agar kita bisa betul-betul memproduksi atau menjadi suatu negara industri yang manufakturnya maju,” ujar politisi PDI-Perjuangan ini.

 

Dengan adanya transformasi kelembagaan dan sumber daya manusia ini, Sondang berharap PT Barata dapat menjadi industri strategis yang benar-benar unggul, khususnya dalam memproduksi manufaktur perkeretaapian. “Kita bangga melihat bahwa ada produksi untuk kereta api, di mana hanya tiga negara yang bisa, yaitu China, India, dan Indonesia. Kenapa kita tidak dikembangkan jadi industri strategis ini sehingga kita benar-benar unggul di sana?” harap Sondang. (rdn/sf)

BERITA TERKAIT
Asep Wahyuwijaya Sepakat Perampingan BUMN Demi Bangun Iklim Bisnis Produktif
09-01-2025 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir berencana akan melakukan rasionalisasi BUMN pada tahun 2025. Salah...
147 Aset Senilai Rp3,32 T Raib, Komisi VI Segera Panggil Pimpinan ID FOOD
09-01-2025 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengungkapkan raibnya 147 aset BUMN ID Food senilai Rp3,32 triliun. Menanggapi laporan tersebut,...
Herman Khaeron: Kebijakan Kenaikan PPN Difokuskan untuk Barang Mewah dan Pro-Rakyat
24-12-2024 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen akan mulai berlaku per 1 Januari 2025. Keputusan ini...
Herman Khaeron: Kebijakan PPN 12 Persen Harus Sejalan dengan Perlindungan Masyarakat Rentan
24-12-2024 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Anggota Komisi VI DPR RI Herman Khaeron menyoroti pentingnya keberimbangan dalam implementasi kebijakan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai...