Tifatul Sembiring Sayangkan Pembubaran LBM Eijkman
Anggota Komisi VII DPR RI Tifatul Sembiring. Foto: Jaka/nvl
Anggota Komisi VII DPR RI Tifatul Sembiring menyayangkan pembubaran Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, dan dilebur ke Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Hal ini semakin membuktikan kurangnya perhatian pemerintah terhadap Sumber daya manusia (SDM) riset atau peneliti.
“Pembubaran LBM Eijkman ini sesuatu yang dadakan. Sebenarnya sekarang bukan hanya soal dibubarkan, tapi digabungkan ke BRIN, akan tetapi SDM-nya ini ditelantarkan. Jadi memang perhatian kita ke SDM riset masih sangat kurang. Terkesan kita kurang menghargai SDM (peneliti) sendiri,” ujar Tifatul saat dihubungi Parlementaria, Selasa (4/1/2022).
Dilanjutkan politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini, bukan tidak mungkin para peneliti dalam negeri tersebut “diambil” oleh negara lain. Akhirnya, Indonesia hanya menjadi negara pengimpor, karena peneliti-peneliti “dibuang” semua, dan tidak dihargai oleh negara sendiri. Saat ini menurutnya, hal tersebut sudah terjadi. Dimana diaspora mengaku “terpaksa” bekerja di negara lain karena penghargaan yang diterima dari negara lain lebih besar dibanding negara sendiri.
Dalam hal penghasilan misalnya, masih kata Tifatul, di negara lain peneliti Indonesia digaji sangat besar. Sebut saja peneliti Indonesia di Singapura. Tidak hanya gaji yang lebih besar dibanding dengan yang mereka terima di Indonesia. Mereka juga diberikan tiket pesawat gratis pulang pergi setiap akhir bulan untuk bisa kembali ke Indonesia, serta berbagai fasilitas lainnya.
“Saya pernah bicara dengan mendiang Lee Kwan Yew. Dia sempat katakan, dia sadar bahwa tidak semua orang Singapura itu pintar. Tapi kepintaran itu bisa dia peroleh dari negara lain, terutama negara yang terdekat dari mereka, salah satunya Indonesia. Jadi ini buat kepentingan Singapura. Buktinya tahun 2005 Singapura pernah menjadi investor terbesar di Indonesia. Coba lihat, negara dengan penduduk 5 juta jiwa, menguasai negara dengan jumlah penduduk 250 juta. Hebat. Jadi ini salah satunya karena faktor expert kita yang kurang kita hargai SDM-nya,” pungkas legislator dapil Sumatera Utara I tersebut.
Sebagaimana diberitakan, pengelolaan LBM Eijkman diambil alih BRIN sejak September 2021. Tiga bulan kemudian, tepatnya pada tanggal 28 Desember 2021 secara resmi status LBM Eijkman berubah menjadi Pusat Riset Biologi dan Molekuler (PRBM) Eijkman. Dengan demikian otomatis semua peneliti (periset) yang bekerja di LBM Eijkman harus menjalani aktivitas risetnya sesuai peraturan perundang-undangan yang baru.
Sejalan dengan itu, muncul kabar bahwa ratusan tenaga honorer di Eijkman (baik peneliti maupun bukan) tidak diperpanjang kontraknya alias diberhentikan. Hal ini tentu dikhawatirkan akan berdampak pada pengembangan vaksin Merah Putih yang tengah dilakukan oleh Lembaga Eijkman. Sebagaimana diketahui, Eijkman merupakan salah satu lembaga yang mendorong agar dilakukan tes banding atas false negative di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (ayu/sf)