Pendidikan Karakter Harus Sejak Dini
Ketua DPR RI Marzuki Alie mengingatkan pentingnya melakukan pembangunan karakter bagi setiap individu anak bangsa sejak usia dini. Dalam pendidikan karakter yang utama adalah bagaimana menanamkan nilai-nilai kebangsaan, religius, budaya dan kearifan lokal.
Hal ini disampaikannya saat menjadi pembicara dalam Seminar Nasional “Pembangunan Karakter dan Kemandirian Masa Depan Bangsa” yang diselenggarakan Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Program Studi Megister Ilmu Administrasi di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (21/4/12).
“Pendidikan karakter tidak seperti kursus yang bisa dilakukan dalam 3 hari. Karakter itu dibentuk sejak dini dan berkelanjutan, kalau usia mahasiswa seperti sekarang karakternya sudah jadi telah dibentuk sejak masa lalu . Dalam hal ini peran guru, orang tua dan lingkungan sangat penting,” paparnya.
Ia menggarisbawahi saat ini sulit menemukan sekolah yang mampu membangun karakter yang baik siswanya. Bagian paling penting adalah menanamkan bagaimana menjadi orang yang bermanfaat bagi lingkungannya dan bangsa. Setelah anak memahami hal utama ini barulah kemudian diajarkan daftar panjang keilmuan lainnya.
Masalah karakter menurutnya sangat mempengaruhi kemandirian bangsa untuk maju kedepan. “Saya pernah mempertanyakan kepada pejabat Bank Indonesia kenapa bank asing begitu leluasa membuka usaha di negeri ini, mengambil uang rakyat bahkan sampai ke daerah-daerah. Sementara bank kita ketika ingin membuka cabang di negara lain sulit. Negara Swiss misalnya mereka bisa tegas tidak ada bank asing disitu,” tandas politisi Partai Demokrat ini.
Ia berharap pendidikan karakter benar-benar menjadi pertahatian segenap pihak terutama guru karena menentukan kemajuan bangsa. Harus ditemukan solusi jangan sampai masalah karakter hanya sekedar perbincangan hangat di seminar sementara karakter bangsa tidak berubah menjadi lebih baik.
Bicara dalam seminar yang sama mantan Ketua DPR Akbar Tanjung mengingatkan Bung Karno pernah menekankan pentingnya Tri Sakti yaitu berdaulan dalam bidang politik, berdikari dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam bidang kebudayaan.
“Ajaran yang ditemukan founding father patut kita jadikan sebagai basis pemikiran untuk menjadi bangsa mandiri. Tentu saja penjabaran oleh Bung Karno harus kita sesuaikan dengan perkembangan dan dinamika yang ada,” lanjutnya.
Ia memberi contoh bagaimana sebagian pihak menerjemahkan berdaulat dalam politik sebagai upaya meraih kekuasaan semata. Kekuasaan menjanjikan berbagai macam keistimewaan materi, penghormatan, sehingga orang mengejarnya dengan berbagai cara. Pada akhirnya memunculkan politik transaksional, prakmatisme dalam politik.
Mantan Menpora yang saat ini mendirikan lembaga kajian Akbar Tanjung Institute ini menegaskan masalah kemandirian bangsa tidak terlepas dari pemimpin yang mampu memberi arah pada bangsa ini. “Pemimpin itu harus mempunyai visi untuk menetapkan langkah ke depan. Pemimpin harus punya mimpi, harus bisa menyampaikan target tertentu pada rakyat,” imbuhnya.
Ketua DPR Bicara di Kampus Tidak Perlu Bayar
Dalam kesempatan itu Marzuki Alie membantah kabar yang menyebutkan untuk menghadirkan Ketua DPR di kampus harus menyiap sejumlah uang. “Saya kaget juga tadi ada yang mengatakan untuk bisa menghadirkan Ketua DPR bicara di kampus bayar Rp.100 juta. Tidak benar itu, yang benar free of charge. Tidak pernah satu rupiah pun saya minta bayaran, datang sendiri, makanpun bayar sendiri,” tekannya disambut tepuk tangan peserta seminar.
Seminar Nasional yang berlangsung di Kampus Universitas Diponegoro cukup mendapat sambutan. Peserta tidak hanya berasal dari Undip tetapi juga dari perguruan tinggi lain di Jawa Tengah, serta beberapa guru sekolah negeri maupun swasta. “Saya selalu upayakan untuk hadir kalau ada yang mengundang, asal waktunya bisa disesuaikan dengan agenda lain,” demikian Marzuki. (iky)