Komisi X Dukung Pembangunan Bandara Baru DIY
Komisi X DPR RI mendukung keinginan Pemerintah Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk membangun bandar udara baru. Pembangunan bandar udara baru ini sangat urgent mengingat keterbatasan dalam akses penerbangan karena Airport lama tidak dapat dikembangkan lagi.
Dukungan ini disampaikan Komisi X DPR saat mengadakan pertemuan dengan Gubernur DIY, Senin (23/4) yang dipimpin Ketua Komisi X DPR H. Mahyuddin.
Mahyuddin mengatakan, bandar udara Adi Sucipto Yogyakarta memang sudah tidak memenuhi syarat karena selain landasannya yang sempit, juga banyaknya jadwal penerbangan.
Selain dipakai sebagai bandar udara umum, bandara Adi Sucipto juga dipakai sebagai latihan pesawat AURI, karena bandar udara ini memang milik AURI.
Begitu padatnya jadwal penerbangan di bandara yang kecil ini, sampai-sampai jika pesawat-pesawat penumpang akan melakukan pendaratan, maka dia harus berputar-putar di udara menunggu aba-aba diijinkan untuk mendarat.
Kondisi ini seringkali terjadi, bahkan ada penumpang yang mengatakan setiap dia naik pesawat ke Yogyakarta dan akan melakukan pendaratan harus berputar-putar dulu beberapa saat.
Kondisi ini tentunya sangat memprihatinkan, Yogyakarta sebagai kota budaya dan pariwisata yang banyak dikunjungi wisatawan asing maupun lokal tidak mempunyai bandara yang memenuhi syarat.
Seperti disampaikan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono, salah satu kendala pariwisata di Yogyakarta karena Yogya tidak memiliki bandara yang bertaraf internasional. Padahal, katanya, Yogya merupakan daerah tujuan wisata ke dua setelah Bali.
Pasca terjadinya gempa dan erupsi gunung Merapi, sangat sulit menaikkan angka kunjungan wisatawan asing berkunjung ke Yogyakarta.
Penyebab salah satunya adalah para wisatawan asing tersebut enggan harus berhenti di beberapa tempat. Menurut wisatawan tersebut, banyaknya transit di beberapa tempat tidak praktis dan menghabiskan waktu. Karena seringnya transit juga membuat para wisatawan asing kelelahan.
Untuk itu, kata Sultan, pembangunan bandara baru ini sangat urgent jika kita ingin menempatkan pariwisata sebagai sektor unggulan yang akan memberikan devisa daerah yang cukup signifikan.
Wisatawan asing tersebut menginginkan perlunya akses langsung, tidak banyak transit mengingat waktu liburan yang sangat terbatas.
Sultan mengatakan, bandar udara internasional ini nantinya diharapkan dapat mendongkrak kunjungan wisatawan berkunjung ke Yogyakarta.
Saat ini, Angkasa Pura I sudah membidik dua calon lokasi bandara baru, yakni di Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo dan di Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul. Bandara ini didesain memiliki landasan pacu sepanjang 5.400 meter dan mampu menampung pesawat berbadan besar. Bandara ini ditargetkan memiliki kapasitas tampung 5 juta-6 juta penumpang per tahun.
Untuk melaksanakan proyek bandara senilai Rp1,2 triliun ini, Angkasa Pura I sudah menjalin kerjasama dengan GVK Power & Infrastructure, perusahaan asal India yang sukses mengelola Bandara Mumbai dan Bangalore. Keduanya sedang mempersiapkan pembentukan perusahaan patungan (joint venture company/JVC). Sesuai aturan, kepemilikan GVK Group dibatasi maksimal 49% di JVC sedangkan 51% dimiliki Angkasa Pura I.
Proyek bandara baru Yogyakarta sudah mencapai tahap penyelesaian studi kelayakan. Dalam tiga bulan ke depan, PT Angkasa Pura I, selaku pelaksana proyek, akan menyerahkan master plan (rencana induk) proyek ke Kementerian Perhubungan. Setelah rencana induk selesai baru tahap detil engineering design (DED), pembebasan lahan, dan baru dibangun. (tt) foto:tt/parle