Ketua DPR Terima Kunjungan Delegasi Parlemen Singapura
6 anggota Parlemen Singapura dipimpin Ketua-nya Michael Palmer melakukan kunjungan kehormatan kepada Ketua DPR RI Marzuki Alie. Dalam pertemuan yang berlangsung di Hotel Mulia, Jakarta, Selasa (22/5) Ketua DPR menyatakan hubungan kedua negara sejauh ini telah berjalan dengan baik.
Namun untuk meningkatkan kerjasama itu hendaknya dilakukan evaluasi terus menerus terutama terhadap beberapa isu yang perlu dicarikan jalan keluarnya. Ia berharap Parlemen Singapura memberi dukungan kepada pemerintahnya terhadap 4 isu penting yaitu masalah perbatasan dua negara, ekstradisi, kejahatan perdagangan manusia termasuk narkoba dan pencucian uang.
"Masalah tersebut penting untuk diselesaikan agar hubungan yang sudah terjalin baik dapat ditingkatkan, membangun hubungan emosional yang lebih baik lagi dalam mendekatkan rakyat Singapura dengan rakyat Indonesia,” jelas Marzuki.
Menjawab hal ini Michael Palmer menjelaskan posisi negaranya terkait perjanjian ekstradisi masih berdasarkan kesepakatan pada tahun 2007. Namun ia menyatakan beberapa permasalahan hukum sejauh ini dapat diselesaikan dengan pendekatan hukum internasional yang ada.
Speaker Parlemen Singapura ini menegaskan posisi negaranya terhadap kejahatan perdagangan manusia. “Zero tolerance untuk kejahatan human trafficking terutama pada wanita dan anak-anak,” tegasnya.
Palmer menambahkan baru saja diangkat sebagai Ketua Parlemen pada akhir tahun 2011 lalu. Kunjungan muhibah ke luar negeri kali ini merupakan yang pertama kali. Ia sengaja memilih Indonesia untuk menunjukkan betapa pentingnya negara tetangga yang berbatasan dengan Selat Malaka ini.
Untuk lebih meningkatkan kesepahaman antara parlemen kedua negara ia secara resmi mengundang Ketua DPR Marzuki Alie untuk berkunjung ke Singapura.
Dukungan Bahasa Resmi Kedua AIPA
Ketua DPR dalam kesempatan tersebut meminta parlemen Singapura mendukung usulan Indonesia untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kedua Organisasi Parlemen Negara-negara Asean – AIPA.
“Saya rasa baik untuk membangun satu kebanggaan Asean. Bukan karena Bahasa Indonesia atau Melayu berasal dari Malaysia dan Indonesia tetapi karena bahasa ini banyak digunakan di negara-negara Asean. Langkah menetapkan bahasa resmi kedua ini bagus untuk mewujudkan Communitas Asean 2015,” imbuhnya.
Ketua Parlemen Singapura menyatakan menyambut baik usulan Indonesia tersebut. Ia berjanji segera mendiskusikannya secara internal. “Kita akan jawab nanti pada saat pelaksanaan Sidang Umum AIPA di Lombok bulan September 2012 yang akan datang,” demikian Palmer. (iky)foto:wy/parle