Salah satu usulan delegasi Indonesia yang akan dibahas dalam Sidang Panitia Eksekutif (Excom) AIPA adalah membangun hubungan kerjasama dengan Pan African Parliament (Persatuan Parlemen Afrika). Keberhasilan wilayah yang sering disebut ‘Benua Hitam’ ini adalah besarnya keterwakilan perempuan di parlemen.

“Rwanda misalnya 52 persen anggota parlemennya perempuan, beberapa negara lain juga besar persentasenya dan sejumlah parlemen di negara Afrika dipimpin perempuan. Kita perlu pelajari,” kata Wakil Ketua BKSAP DPR RI, Nurhayati Ali Asegaf di Jakarta, Jumat (6/7/12).

Prestasi dibidang keterwakilan perempuan di parlemen jelas negara Asean tertinggal. Malaysia baru mencapai 10 persen, Filipina 12, Indonesia 18, tertinggi Laos mencapai 25 persen dan ketua parlemennya juga seorang perempuan.

Apabila usulan DPR RI mengundang Parlemen Afrika diterima maka daftar negara observer dalam Sidang AIPA akan bertambah. Sejauh ini tercatat 11 diantaranya parlemen Australia, Canada, RRC, Papua Nugini  dan European Parliament.

Ketika ditanya apakah Sidang Excom di Yogya 8-12 Juli akan dihadiri tokoh demokrasi Myanmar yang baru saja menjadi anggota parlemen Aung San Suu Kyi? Anggota Komisi I DPR ini mengatakan tidak karena Sidang Panitia Eksekutif biasanya diikuti pimpinan parlemen.

Nurhayati yang juga Presiden Parlemen Perempuan Dunia (IPU) ini berharap Syu Kyi akan hadir pada pelaksanaan Sidang Umum ke-33 AIPA yang dijadwalkan bulan September akan datang di Lombok, NTB. “Saya pribadi akan coba undang Suu Kyi tapi itu nanti tergantung parlemen negaranya ya,” pungkas dia. (iky)