Willy Aditya: UU TPKS Komitmen Negara Jamin HAM Secara Menyeluruh
Wakil Ketua Badan Legislasi (Baleg) DPR RI Willy Aditya saat menjadi narasumber dalam Diskusi pada acara Kaukus PerempuanParlemen Republik Indonesia (KPP-RI) bertajuk “Dialog dan Kampanye Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan dalam Politik” yang diselenggarakan di Selasar Gd. Nusantara II, Senayan, Jakarta, Selasa(29/11/2022). Foto: Tari/Man
Kekerasan seksual memang masih menjadi pekerjaan rumah yang besar, namun hadirnya Undang-Undang (UU) No. 12 tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual menjadi kemenangan publik secara bersama baik dari sisi politik ataupun sosial. Hal itu disampaikan Anggota Badan Legislasi (Baleg) DPR RI Willy Aditya saat menjadi narasumber dalam Diskusi pada acara Kaukus PerempuanParlemen Republik Indonesia (KPP-RI) bertajuk “Dialog dan Kampanye Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan dalam Politik” yang diselenggarakan di Selasar Gd. Nusantara II, Senayan, Jakarta, Selasa(29/11/2022).
Dijelaskan Willy, UU tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (TPKS) merupakan suatu komitmen negara dalam memberikan jaminan hak asasi manusia secara menyeluruh, khususnya dari kekerasan dan diskriminasi. “Melalui UU ini kita bicara soal standpoint, sikap, bagaimana berlaku tidak diskriminatif, dan bagaimana berlaku memiliki perspektif equality gender. kebebasan tidak mengenal jenis kelamin,” ujarnya.
Selain UU TPKS, saat ini, lanjut Willy menjelaskan DPR tengah membahas RUU PPRT, RUU KIA. Pembahasan ini, lanjut Willy adalah perjuangkan negara secara terus menerus dalam mengangkat harkat dan martabat perempuan. “Untuk itu, tugas kita bersama antara political society dan civil society adalah membangun narasi yang benar-benar mengatakan bahwa Indonesia punya banyak perempuan hebat, Indonesia memiliki undang-undang yang hebat dan Indonesia adalah bisa menjadi benchmarking dan best practice,” ungkapnya.
Namun, tidak berhenti mengundangan aturan mengenai perlindungan, menurut Politisi Fraksi Partai Nasdem itu negara juga perlu menjaga komitmen dengan membangun simulasi tentang kekerasan seksual dan gender equality di semua sekolah. “Kita harus membangun sebuah peradaban yang memanusiakan manusia dan setara. Simulasi ini penting untuk melahirkan generasi yang beradab. Perjuangkan secara terus menerus untuk mengangkat harkat dan martabat perempuan perlu terus dilakukan,” tutupnya. (vr,rnm/aha)