Perlu Terobosan Untuk Meningkatkan Minat Baca Masyarakat Jateng
Komisi X DPR RI meminta Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah perlu melakukan terobosan untuk meningkatkan minat baca masyarakat Jateng, dengan melakukan penelitian apa penyebab dari rendahnya minat baca masyarakat di Jawa Tengah.
“Hampir di setiap provinsi, setiap Komisi X DPR melakukan kunjungan kerja, hal yang disampaikan selalu masalah rendahnya minat baca masyarakat. Untuk itu, penelitian ini perlu dilakukan untuk mencari penyebab yang sebenarnya. “ kata Dedi Suwandi Gumelar saat Kunjungan Kerja Komisi X DPR, Rabu (18/7) yang dipimpin Ketua Komisi X Agus Hermanto.
Dalam kesempatan tersebut, Dedi juga menanyakan strategi komunikasi apa yang telah dilakukan Badan ini untuk menghadapi fenomena masyarakat yang kurang gemar masyarakat.
Dia mengusulkan, sebaiknya Badan Arsip dan Perpustakaan Jateng melakukan jemput bola meminta ijin gubernur/walikota maupun bupati untuk membuka gerai di depan mall-mall. Di tempat keramian seperti itu rasanya tepat mengajak masyarakat berkunjung dan membaca. Tentunya, kata Dedi gerai tersebut dibuat semenarik mungkin dengan diiringi musik yang dapat mengundang orang datang ke tempat tersebut.
Dapat juga Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah bekerjasama membuat cafe yang nyaman, sehingga anak-anak muda betah nongkrong di situ sambil membaca buku-buku yang telah disediakan.
Dedi memprihatinkan, perpustakaan sekarang bukan menjadi tempat tujuan utama, kecuali jika seorang pelajar mau mengerjakan tugas sekolahnya atau seorang mahasiswa mau menyusun skripsi.
Perpustakaan diibaratkan sebagai jendela dunia, kita tentunya tidak menginginkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang miskin pengetahuan.
Menanggapi hal itu, Ketua Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Jateng Andriani mengatakan, pihaknya telah banyak melakukan terobosan-terobosan diantaranya membuka outlet mobil Tosa semacam mobil roda tiga untuk perpustakaan keliling di sepanjang jalan Pahlawan, Semarang. Terobosan ini ternyata cukup banyak peminatnya.
Selain itu, secara insidentil menyelenggarakan pameran-pameran di setiap kabupaten/kota. Badan ini juga memberikan bantuan kepada sekitar 7.800 desa berupa rak dan buku-buku yang dipasang di tiap Balai Desa.
"Sekarang ini sudah mencapai 75 persen, di tahun 2013 kami berharap dapat selesai seluruhnya," katanya.
Badan ini juga membantu pengadaan buku-buku di Pondok Pesantren dan di rumah sakit-rumah sakit menyediakan pojok baca.
Selain itu, bersama dengan organisasi kemasyarakatan termasuk organisasi wanita di setiap organisasinya ada pojok baca.
Badan ini, lanjutnya juga menurunkan para pustakawan untuk membantu pembinaan dan penataan di perpustakaan-perpustakaan termasuk khasanah bukunya.
Andriani menambahkan, untuk tahun 2012 Badan Arsip dan Perpustakaan Jateng mendapat alokasi anggaran sebesar Rp 5,2 miliar termasuk pengadaan buku-buku dan rak-rak untuk desa-desa.
"Anggaran tersebut untuk mengcover 35 kabupaten/kota dengan jumlah penduduk kurang lebih 33 juta," jelasnya.
Adapun buku-buku yang diminati masyarakat adalah buku teknologi menduduki urutan teratas, dan yang lainnya adalah buku tentang ilmu sosial, teknologi informasi, filsafat dan psikologi serta buku sejarah dan geografi. (tt)