Perempuan memiliki peran penting dalam mencetak maju dan tidaknya sebuah bangsa. Tidak ada satu kalimat pun yang pantas disematkan kepada kaum perempuan kecuali kalimat “perempuan adalah ujung tombak bangsa”.

            Wakil Ketua DPR RI Priyo Budi Santoso menyampaikan hal itu dalam Sidang Women Parliamentary of AIPA,  Selasa (18/9) di Lombok, Nusa Tenggara Barat.

            Priyo mengatakan, kemajuan peran perempuan serta demokrasi Indonesia terwujud menjadi satu kesatuan yang utuh. Kaum perempuan Indonesia memberikan sumbangsih yang sangat besar dalam meneguhkan demokrasi dan reformasi di Indonesia.

            “Demokrasi kami telah membuka ruang 30% kuota perempuan di Parlemen. Bahkan sistem demokrasi kami telah memberi jalan lapang bagi tokoh perempuan menjadi Presiden,” kata Priyo.

            Meskipun peran perempuan di dalam politik dan semua sektor kehidupan harus ditingkatkan, namun dia berpesan tugas publik yang diperankan perempuan tidak boleh melalalikan amanah suci yang dianugerahkan sebagai ibu dalam mencetak generasi-generasi pemimpin bangsa.

            Priyo menegaskan, Pemimpin-pemimpin dunia tidak ada yang besar tanpa kasih sayang kaum perempuan, khususnya ibu. Ibu adalah panutan anak, tempat kali pertama anak mengenal budi pekerti sebelum bersentuhan dengan nilai-nilai masyarakat yang lebih kompleks.

            Dalam sidang kali ini, banyak hal yang akan dibahas Women Parliamentary of AIPA, terutama pengarusutamaan kesetaraan gender dalam proses pembuatan hukum khususnya terkait dengan Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan atau CEDAW.

            Tentunya, kata Priyo, ini diskusi yang sangat menarik, karena meskipun semua Negara anggota Asean telah meratifikasi Konvensi ini, namun sejumlah perangkat hukum di Negara-negara Asean yang bersifat diskriminatif terhadap perempuan masih menjadi pesoalan tersendiri.

            Priyo tidak memungkiri bahwa UN Women dan Asean telah menggoreskan tinta emas menyepakati kerangka kerja sama untuk mempromosikan pelaksanaan CEDAW di Asia Tenggara.

            Untuk itu dia berharap, WAIPA nantinya akan merajut program kerja bersama UN Women dan AIPA melalui peran aktif WAIPA. Tujuannya adalah, meningkatkan kapasitas anggota parlemen AIPA untuk memastikan bahwa rajutan undang-undang dan kebijakan sesuai dengan pemenuhan hak-hak perempuan serta berorientasi pada peningkatan peran perempuan di sektor ekonomi, sosial, budaya serta politik.

            Kini, kata Priyo, perempuan telah hadir menjadi kekuatan baru. Kaum perempuan sudah memiliki wawasan yang terbuka, tidak hanya di rumah untuk mengurusi masalah-masalah domestik rumah tangga. Namun juga telah berperan di dalam menentukan arah politik dan kebijakan negara serta pembangunan di sektor-sektor kehidupan lainnya.

            Di akhir sambutannya Priyo mengatakan, AIPA harus terus didorong untuk memajukan pemenuhan hak-hak perempuan dan peningkatan peran perempuan di dalam kehidupan bernegara. (tt)/foto:iwan armanias/parle.