DPR Dorong Kemenag dan Kemenkes Kerja Sama Monitoring Kesehatan Jemaah Haji

05-07-2023 / KOMISI IX
Anggota Tim Pengawas (Timwas) Haji DPR Ade Rezki Pratama (tengah) saat Timwas Haji DPR RI mengadakan pertemuan di Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) di Kota Madinah dalam rangka mencari data dan menerima masukan terkait dengan pelaksanaan haji khususnya di sektor kesehatan, Selasa (4/7/2023). Foto : Oji/Man

 

Anggota Tim Pengawas (Timwas) Haji DPR Ade Rezki Pratama berharap agar Pemerintah, melalui kerja sama antara Kementerian Agama (Kemenag) dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), benar-benar dapat melakukan monitoring secara ketat terkait kesehatan calon jemaah haji.

 

Sebab, menurutnya, ibadah rukun Islam kelima otu merupakan ibadah yang sarat menguras stamina. Sehingga, monitoring kesehatan diperlukan mulai dari sebelum keberangkatan, sampai pada puncak Ibadah Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina

 

"Kami menemukan selama penyelenggaraan haji mulai dari sebelum keberangkatan sampai pada saat puncak haji baik itu di Arafah, Muzdalifah dan Mina bahwa jemaah reguler kita banyak yang terkena penyakit-penyakit tertentu seperti batuk, pilek, pneumonia, ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) dan demensia," ujar Ade usai Timwas Haji DPR RI mengadakan pertemuan di Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) di Kota Madinah dalam rangka mencari data dan menerima masukan terkait dengan pelaksanaan haji khususnya di sektor kesehatan, Selasa (4/7/2023).

 

Menurut Legislator dari Dapil Sumatera Barat II ini, sekitar 30 persen dari jemaah haji reguler adalah Lanjut Usia (Lansia). Para Lansia ini saat menunaikan ibadah Haji mengalami demensia. Dampaknya, banyak jemaah haji yang mengalami demensia itu mengalami beberapa heat stroke maupun penyakit-penyakit lainnya sebelum puncak haji dilaksanakan.

 

Bahkan, banyak data menyebutkan, jemaah haji Indonesia yang meninggal disebabkan karena serangan stroke tersebut.

 

"Kita menemukan jemaah reguler ini mengalami yang namanya shock secara mental maupun psikologi ini terkait juga dengan beberapa peristiwa yang dialami oleh jemaah kita. Di antaranya adalah peristiwa teknis yang terkait dengan tidak komitmennya mashariq dalam memberikan kewajibannya," ungkap Anggota Komisi IX ini.

 

Politisi Fraksi Partai Gerindra ini menambahkan bahwa hak yang harusnya diperoleh jemaah reguler tidak terlayani sehingga terlunta-lunta. Seperti ketersediaan bus jemputan yang terlambat datang sehingga menyebabkan jemaah Indonesia mengalami beberapa penyakit akibat kelahan yang cukup ekstrem. Terlebih, mashariq tersebut dalam memberikan konsumsi makanan tidak sesuai dengan komitmen dari yang sudah disepakati.

 

"Kita melihat bahwa kesehatan haji Indonesia itu tidak hanya dari kondisi awal kesehatan jemaah haji itu sendiri saat berangkat tetapi juga terkait dengan kendala-kendala teknis yang dihadapi selama penyelenggaraan haji di Makkah dan Madinah," tutup Ade. (oji/rdn)

BERITA TERKAIT
Virus HMPV Ditemukan di Indonesia, Komisi IX Minta Masyarakat Tak Panik
10-01-2025 / KOMISI IX
PARLEMENTARIA, Jakarta - Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Nihayatul Wafiroh mengapresiasi langkah cepat Kementerian Kesehatan terkait ditemukannya virus Human...
Dukung MBG, Kurniasih: Sudah Ada Ekosistem dan Ahli Gizi yang Mendampingi
07-01-2025 / KOMISI IX
PARLEMENTARIA, Jakarta – Anggota Komisi IX DPR RI Kurniasih Mufidayati, menyatakan dukungannya terhadap implementasi Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang...
Nurhadi Tegaskan Perlunya Pengawasan Pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis
07-01-2025 / KOMISI IX
PARLEMENTARIA, Jakarta – Anggota Komisi IX DPR RI, Nurhadi, menegaskan komitmennya untuk mengawal pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang...
Dukung Program MBG, Legislator Tekankan Pentingnya Keberlanjutan dan Pengawasan
07-01-2025 / KOMISI IX
PARLEMENTARIA, Jakarta – Pemerintah secara resmi meluncurkan program Makanan Bergizi Gratis (MBG) pada 6 Januari 2025 di 26 provinsi. Program...