Kepemimpinan Penting dalam Menata Keberagaman
Sejarah telah menunjukkan pemimpin yang berhasil di banyak belahan dunia datang dari tokoh yang mampu berfikir dan berbuat ditengah keberagaman. Hal ini disampaikan anggota delegasi Indonesia Maruarar Sirait dalam Interfaith Dialog – Dialog Antar Agama yang berlangsung di Nusa Dua, Bali, Kamis (22/11/12).
“Leadership dan figur penting dalam membangun tatanan sosial ditengah keberagaman masyarakat. Kita perlu pemimpin yang punya kemampuan mentransformasi dirinya dari seorang politisi menjadi seorang negarawan,” papar politisi dari Fraksi PDIP ini.
Ia menyebut dalam beberapa kasus radikalisme terlihat para pemimpin hanya memikirkan agama dan kelompoknya semata. Kepada peserta diskusi anggota Komisi XI DPR RI ini menekankan belajar dari sejarah, perlu dirancang sebuah sistem untuk melahirkan pemimpin tidak sekedar mementingkan suku dan agamanya saja.
“Saya pribadi misalnya mengusulkan bagaimana anggota DPR di Indonesia jangan hanya mewakili daerah pemilihan tempat kelahirannya saja. Jadi dia bisa dibentuk tidak hanya mencintai sukunya tetapi juga tempat lain. Kita mencari orang yang mampu berfikir dan bertindak universal,” tandasnya.
Anggota delegasi Rusia, Albert Kazharov menjelaskan negaranya juga memiliki keragaman dan multi agama. Harmoni ditengah banyak perbedaan tersebut dapat diwujudkan apabila kepentingan dasar masyarakat seperti pendidikan, kesehatan dan ekonomi dapat terpenuhi.
Secara khusus ia mengajak peserta sidang untuk memikirkan pendapat seorang penyair Rusia yang menyatakan semua orang di dunia pada dasarnya memiliki agama yang sama yaitu agama Cinta. “Itulah hakekat agama sebenarnya bagaimana berbagi kebersamaan dengan orang lain pada satu tanah yang sama atas dasar cinta,” imbuhnya.
Sebelumnya Wakil Menteri Agama RI Nazaruddin Umar menyampaikan harapan agar kegiatan Parliamentary Event on Interfaith Dialog dapat menghasilkan sesuatu untuk publik. “Dialog dalam ruangan konferensi bukan tujuan akhir tapi apa yang diputuskan disini diharapkan dapat diimplementasikan pada tingkat akar rumput,” paparnya.
Interfaith Dialog pada hari pertama difokuskan pada dua sesi diskusi. Bagian pertama membicarakan isu Agama dan Masalah Sosial kemudian pada bagian kedua membahas Parlemen dan Etika Universal dalam Membangun Kerja Sama antar Agama. (iky)/foto:iwan armanias/parle.