Indonesia Belum Memiliki Pelabuhan Internasional
2/3 wilayah Indonesia adalah lautan. Namun ironinya sampai saat ini negara bahari ini belum memiliki pelabuhan internasional, jauh tertinggal dari negara Asean lain seperti Singapura, Malaysia bahkan Vietnam. Komisi V DPR RI meminta hal ini menjadi perhatian serius untuk meningkatkan daya saing Indonesia dalam konteks global.
“Tanjung Periuk ini adalah pelabuhan andalan Indonesia, tetapi statusnya belum internasional. Ada rencana pengembangan tetapi kalau sulit mencapai standar internasional, jelas ini tidak memberi kontrubusi untuk daya saing Indonesia dalam konteks global,” kata Sudewo, anggota Tim Kunker Komisi V DPR RI saat berkunjung ke Pelabuhan Tanjung Periuk, Jakarta, Selasa (18/12/12).
Ia menyambut upaya pemerintah untuk mengembangkan kawasan Tanjung Periuk ke wilayah Kali Baru. Akan tetapi langkah itu diperkirakan masih terkendala prasyarat lain seperti kedalaman laut minimal, keterbatasan lahan. “Patut dipertimbangkan untuk mengembangkan pelabuhan di kawasan lain di Indonesia untuk mewujudkan pelabuhan internasional,” tandasnya.
Dalam kunjungan kerja yang dipimpin Ketua Komisi V Yasti Soepredjo Mokoagow beberapa permasalahan lain juga menjadi sorotan seperti, sempitnya pintu kanal pelabuhan. Hanya satu kapal yang dapat masuk sehingga mengakibatkan antrian. Sistem online yang dimiliki Bea Cukai pelabuhan juga dinilai belum optimal sehingga pemeriksaan dokumen ekspor impor menjadi lebih lama. Kondisi ini membuat sejumlah kapal transhipment dengan kapasitas besar memilih membongkar kargonya di Malaysia. Baru kemudian dibawa kapal ukuran sedang ke Indonesia.
“Untuk mencapai standar pelabuhan internasional itu kita tidak hanya perjuangkan Tanjung Priok. Kita upayakan di Sumatera ada satu hub internasional, di sulawesi ada satu. Khusus untuk Tanjung Priok kita berikan target sampai tahun 2015. Tentu DPR akan beri dukungan anggaran tapi mekanisme seluruhnya ada di pemerintah,” papar Yasti.
Walaupun masih bergelut dengan upaya perbaikan ia memberikan apresiasi kepada Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Priok. Terminal pelabuhan penumpang yang baru saja dibangun dinilai sudah lebih manusiawi. Aparat Bea Cukai juga telah berhasil menekan angka penyeludupan di pelabuhan.
Kepala Kantor Otoritas Utama Pelabuhan Tanjung Priok, Sahat Simanjuntak menjelaskan sejak tahun 2009 pertumbuhan pelabuhan terbesar di Indonesia ini termasuk pesat mencapai 28 persen/tahun. Untuk mengejar standar pelabuhan internasional saat ini sedang dikembangkan kawasan Kali Baru seluas 200 hektar ditambah dukungan Cikarang Dry Port seluas 200 hektar.
“Kawasan Cikarang yang kita kelola saat ini telah terhubung dengan jaringan kereta api. Hanya saja minat perusahaan ekspor impor untuk memanfaatkannya masih rendah. Kalau ini bisa optimal kepadatan di pelabuhan bisa dikurangi,” jelasnya.
Ia menyebut salah satu kendala utama Tanjung Priok meraih predikat internasional adalah pelabuhan belum dapat dilewati kapal berkapasitas 10.000 teus. Langkah yang perlu dilakukan adalah menambah kedalaman laut di area pelabuhan sampai 20 meter. Proses penataan saat ini masih berlangsung diantaranya didukung pendanaan dari Jepang. (iky)foto:wy/parle