Bimantoro Wiyono: Harus Ada Reformasi Pendidikan Polri
Anggota Komisi III DPR RI Bimantoro Wiyono, saat RDP dan RDPU dengan Kepala Sekolah Polisi Negara Polda Jabar, Kepala Biro SDM Polda Jabar, dan Sdri. Veronica Putri Amalia (orang tua korban), di Gedung Nusantara II, Senayan, Jakarta, Kamis (6/2/2025). Foto: Dep/vel
PARLEMENTARIA, Jakarta - Anggota Komisi III DPR RI Bimantoro Wiyono menekankan pentingnya reformasi pada tubuh Kepolisian Republik Indonesia (Polri), terutama dalam dunia pendidikan Polri. Hal ini diungkapkan pada Rapat Dengar Pendapat (RDP) sekaligus Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) yang membahas mengenai pemberhentian salah seorang siswa di Sekolah Polisi Negara (SPN) Polda Jawa Barat.
Ia mengatakan pola yang selama ini ada di dunia pendidikan di Polri harus dibenahi. Sebab, seorang Polisi dilahirkan dari pendidikan di lembaga pendidikan Polri.
"Kami berharap anggota-anggota yang nantinya akan siap menjadi Bhayangkara ataupun Bhayangkari dia sudah harus benar-benar mempunyai integritas yang bagus integritas yang baik, sehingga benar-benar bisa melayani masyarakat dengan baik," kata Bima dalam RDP dan RDPU tersebut yang dihadiri oleh oleh Kepala Sekolah Polisi Negara Polda Jabar, Kepala Biro SDM Polda Jabar, dan Sdri. Veronica Putri Amalia (orang tua korban), di Gedung Nusantara II, Senayan, Jakarta, Kamis (6/2/2025)
Menurutnya, salah satu tantangan Polri saat ini adalah adanya oknum-oknum yang tidak baik. Oleh karenanya perbaikan mutu pendidikan serta integritas dari seorang Polisi merupakan suatu hal yang penting. "Dari pola pendidikannya tolong lebih ditingkatkan lebih ke arah mutu serta integritas daripada seorang anggota Polisi yang nanti akan keluar dari sana," jelasnya
Politisi Fraksi Partai Gerindra ini pun mengingatkan agar pendidikan Polri tidak melibatkan kekerasan fisik pada siswa. Pasalnya, kekerasan fisik yang terlalu berlebihan dalam pelatihan-pelatihan yang diberikan dapat mempengaruhi psikologi calon anggota Polisi. Hal tersebut juga dapat berdampak pada bagaimana Polisi tersebut nantinya melayani masyarakat.
"Memang benar diperlukan adanya pelatihan-pelatihan fisik untuk membangun stamina, tapi semua itu pasti ada batasannya, Pak. Jangan sampai kalau misalnya di sana ada yang dipukul dan lain sebagainya, nanti pada saat mereka keluar dari pendidikan itu membekas, sehingga nanti pada saat mereka terjun ke masyarakat itu pasti akan berdampak negatif juga, Pak dari psikologis dan lain sebagainya," tegasnya. (bia/rdn)