Komisi VII Pertanyakan Pengelolaan Limbah PLTU Riau
Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap - PLTU Riau yang menggunakan batu bara sebagai sumber energi diminta sejak awal memperhatikan masalah pengelolaan limbah. Pasalnya pembangkit listrik dengan kapasitas 2x110 MW ini diperkirakan akan mengkonsumsi batu bara mencapai 3300 ton/hari.
"Kita mencatat kebutuhan batu bara perhari 3300 ton, berarti setahun bisa mencapai 1 juta ton lebih. Ini kepikiran oleh saya limbahnya mau dibawa kemana, mau dibuang ke sungai Siak atau dibikin apa?" tanya anggota Tim Kunker Komisi VII Sutan Sukarnotomo saat berkunjung ke PLTU Riau di Kecamatan Tenayanraya, Kota Pekanbaru, Riau, Selasa (16/4/13).
Ia juga menyampaikan harapan agar kehadiran PLTU yang diproyeksikan selesai pada tahun 2014 dapat menekan pemakaian BBM PT. PLN yang mencapai 85 persen. Pada bagian lain anggota Komisi VII dari Dapil Riau I ini juga meminta penjelasan penanganan proyek yang berada dilokasi lahan gambut ini.
Menjawab hal ini Direktur Konstruksi dan Energi Baru/Terbarukan PT. PLN Nasri Sembayang menjelaskan PLTU Riau menggunakan Circulating Fluidized Bed Boiler - CFB yang lebih bersahabat dengan lingkungan.
"Pembakaran juga lebih sempurna, sehingga batubara tidak ada lagi yang tidak terbakar. Jenis lain biasanya ada 1 persen batu bara yang tidak terbakar. Disaluran keluar juga dilengkapi penangkap abu, jadi 99,9 persen abu bisa tertangkap?" imbuhnya. Abu sisa batu baru ini akan diolah untuk bahan batako bekerja sama dengan penduduk setempat.
Nasri membenarkan proyek ini dibangun di lahan gambut yang disiasati dengan teknologi lapisan karpet khusus yang dengan luas mencapai 10 hektar. Penanganannya telah memperoleh amdal dari Dinas Lingkungan Hidup setempat. (iky)