Kaukus Parlemen Indonesia Untuk Palestina Sayangkan Kudeta Militer di Mesir
Koordinator Kaukus Parlemen Indonesia Untuk Palestina, Almuzzammil Yusuf menyayangkan kudeta militer kepada Mohamed Mursi, Presiden Mesir yang sah dan dipilih secara demokratis pada Pemilihan Presiden 2012.
"Militer, media dan intervensi asing merupakan ujian berat demokrasi di Mesir, memang sangat disayangkan di era modern ini masih ada kudeta militer. Padahal Presiden Mursi adalah Presiden Mesir pertama yang dipilih langsung oleh rakyat Mesir dengan perolehan 51,7% pemilih pada Pilpres 2012. Beliau juga telah menunjukan prestasi selama 1 tahun memimpin Mesir," Jelas Wakil Ketua Komisi III DPR RI kepada wartawan, Jakarta, Selasa (4/7).
Sedangkan dukungan terhadap Referendum Konstitusi Baru Mesir yang dipersoalkan oleh kelompok oposisi dan militer, kata Muzzammil, menunjukan 63 persen rakyat Mesir mendukung diberlakukannya konstitusi yang telah disusun dan ditetapkan oleh Parlemen dan Pemerintah Mesir.
“Fenomena kudeta militer ini menunjukan kemunduran Mesir jauh ke belakang. Ada kelompok minoritas di Mesir yang oposisi terhadap pemerintah tidak siap berdemokrasi. Mereka tidak siap kalah dan tidak siap diatur,” Jelasnya.
Dia menambahkan, meskipun jumlah yang anti pemerintahan Mursi lebih kecil dibandingkan pendukung Mursi namun mereka memiliki sumber kekuatan politik yang besar.
“Kekuatan politik utama mereka adalah militer, media, dan dukungan Asing. Dukungan Asing ini akan berdampak pada dukungan dana, senjata, dan intelijen. Dugaan saya, Israel dan Barat dibalik agenda penggulingan Presiden Mursi. Kejadian ini mengulang kudeta militer terhadap FIS di Aljazair tahun 1992, Sudan, dan Palestina. Mereka juga sedang berusaha menggulingkan pemerintahan Turki. Ke depan mereka sangat mungkin menargetkan Tunisia dan Maroko," Paparnya.
Muzzammil menjelaskan, sejak awal mereka merasa terancam dengan kepemimpinan Presiden Mursi di Mesir dan pemimpin gerakan Islam lainnya.”Meskipun terpilih secara demokratis melalui pemilihan umum, mereka tidak ingin para pemimpin gerakan Islam menang dan memimpin pemerintahan yang sah,” ujarnya.
Kejadian ini, kata Muzzammil, menunjukan ketidakkonsistenan pidato Presiden Barack Obama yang pernah disampaikannya di Al Azhar, Mesir pada 2009. "Presiden Obama pernah mengatakan ingin bergandengan tangan dan bekerjasama dengan pemerintahan Islam.” katanya.
Dalam pandangannya, agenda setting media dalam kudeta militer di Mesir ini sangat kuat. “Mereka merekayasa realitas di Mesir dengan memunculkan pemberitaan yang sesuai dengan agenda mereka dan menutup rapat-rapat pemberitaan yang merusak agenda mereka.”Paparnya.
Untuk itu, kepada Pemerintah Indonesia, Muzzammil mendesak agar Presiden SBY untuk tidak mengakui pemerintahan Mesir hasil kudeta militer karena bertolak belakang dengan prinsip demokrasi.”Jika kita konsisten menjunjung demokrasi, seharusnya Presiden SBY tidak mengakui pemerintahan baru Mesir hasil kudeta militer yang melawan pemerintahan sipil yang sah hasil Pemilu," jelasnya.(si)/foto:iwan armanias/parle.