Dewan Khawatirkan Ketersediaan Listrik Bandara Kuala Namu
Terkait adanya krisis energi di Sumatera Utara sebesar 150 Mega Watt, Anggota Tim Kunjungan Spesifik Komisi VII DPR RI, Jamaluddin Jafar mempertanyakan kesiapan PT. Angkasa Pura II sebagai pengelola Bandara Udara Internasional Kuala Namu di Sumatera Utara (Sumut) ketika terjadi mati listrik.
“Bandara Kuala Namu merupakan kebanggaan masyarakat Sumut, saat pertemuan dengan PLN ada semacam kekhawatiran PLN saat perpindahan dari PLN ke Genset ketika tiba-tiba mati listrik. Karena kami khawatir ketika pesawat lending tiba-tiba mati listrik ini sangat berbahaya,” ujar politisi Partai Amanat Nasional ini.
Hal tersebut, disampaikannya saat Tim Komisi VII DPR RI melakukan pertemuan dengan General Manager PT. Angkasa Pura II, Tengku Said Ridwan di Kantor PT. Angkasa Pura II, Kuala Namu, Sumatera Utara beberapa waktu lalu.
Sementara, Idris Lutfi (F-PKS) menyatakan bangga dengan mulai beroperasinya Bandara Internasional Kuala Namu. Namun Idris menyayangkan banyaknya masyarakat sekitar bandara di areal terminal penumpang Bandara Kuala Namu.
“Sebelum dibuka mestinya ada semacam open house dulu, agar masyarakat melihat-lihat sebelum mulai beroperasi,” kata Lutfi.
Lutfi juga menyayangkan belum adanya rambu-rambu dan marka jalan di jalan menuju Bandara karena sangat membahayakan pengguna jalan. “Berbahaya, karena ada belokan kemudian tiba-tiba jalan dibuat dua jalur.Apakah sudah berkoordinasi dengan Polda dan Pemda setempat,” tanya Lutfi.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua Tim yang juga Ketua Komisi VII, Sutan Bhatoegana menyatakan Bandara Kuala Namu ini tidak akan bisa berjalan tanpa didukung oleh sumber energi. “Oleh sebab itu kami dari Komisi Energi DPR tidak menginginkan Kuala Namu ini seperti yang terjadi di Jakarta yang beberapa kali mati lampunya sehingga pesawat takut mendarat kemudian kembali ke asalnya,” tukas Sutan.
“Empati kami sebagai Komisi Energi ingin melihat persiapan-persiapan, kami sudah memanggil Pertamina dan PLN, kami melihat kesiapan Kuala Namu ini dari sisi Energi,” tambah Sutan.
Sutan juga menjelaskan adanya defisit listrik sampai 150 Mega Watt di Sumut dan PLN menyatakan baru bisa sekian puluh persen terpenuhi dari 90 persen yang dibutuhkan dan dikhawatirkan bisa mati. Kalau dari Pertamina sendiri, kata Sutan, GM Pertamina wilayah Sumut sudah menjamin ketersediaan energi bagi Bandara, dan Pertamina sudah membangun cadangan-cadangan untuk ketersediaan BBM dan Avtur, tidak terlalu kita khawatirkan.
“Kami ingin operasionalisasi Bandara Kuala Namu benar-benar didukung oleh energi yang tersedia dan listrik yang tersedia, sehingga Bandara Kuala Namu menjadi bandara kebanggaan masyarakat Sumut pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umunya, sehingga menjadi bandara termodern di Asia Tenggara,” tandas Sutan.
Menjawab pertanyaan Tim Komisi VII, GM PT. Angkasa Pura II, Tengku Said Ridwan menyatakan bahwa Bandara Internasional Kuala Namu sudah dilengkapi dengan system Under Develop Power Supply (UPS).
“Jadi tadi yang dikhawatirkan PLN, apabila PLN mati dan pindah ke Genset, untuk sistemnya kita sudah back up dengan Under Develop Power Supply (UPS). Artinya ketika PLN mati otomatis Genset langsung bisa hidup dalam waktu 25 detik, termasuk juga diback up UPS, jadi tidak ada yang putus,” jelas Ridwan.
Dari sisi kelistrikan, kata Ridwan, alhamdulillah sudah ada sistem yang memback-upnya. Hanya memang kekhawatiran itu tetap ada, karena Bandara merupakan pelanggan terbesar yaitu menggunakan 23 Mega Watt. Sementara PLN sendiri kapasitasnya baru 40 Mega Watt ditambah Inalum memberikan untuk Sumatera Utara ini lebih kurang 450 Mega Watt.
Ridwan juga melaporkan bahwa perpindahan dari Bandara Polonia ke Bandara Kuala Namu berjalan lancar, tidak terjadi suatu kendala apapun.
Bandara Kuala Namu menjadi kebanggaan masyarakat Sumatera Utara, karena selama ini Bandara Polonia benar-benar sudah sesak, kapasitas terminal penumpang yang dapat menumpang 900 ribu penumpang pertahun dijejali sampai tujuh juta penumpang pertahun.
“Di Kuala Namu ini kapasitasnya sampai delapan juta pertahun. Saat ini sudah mendekati delapan juta pertahun,” kata Ridwan.
Bandara Polonia Medan luasnya 14 ribu meter persegi, sementara luas Bandara Kuala Namu saat ini mencapai 95 ribu meter persegi. Untuk jangkauan luasan lebih nyaman dibandingkan dengan Bandara Polonia.
“Hanya saat ini ephoria dari masyarakat melihat Bandara kebanggaannya seperti yang bapak saksikan, kami sudah cukup capek, artinya bentor, sepeda motor banyak masuk ke bandara. Kami sudah melarang sepeda motor tidak boleh masuk terminal harus masuk parkiran tapi apa yang terjadi, berjubel, ini perlu ketegasan dari kita semua untuk mengantisipasi ke depannya, kalau tidak dikhawatirkan akan timbul ojek-ojek,” imbuhnya.
“Untuk rambu-rambu dan marka jalan, kami memang sudah berkoordinasi dengan Pemda dan Polda setempat, namun memang belum semuanya terpenuhi,” tambahnya. (sc)