Masih Banyak yang Anti Korupsi di DPR
Korupsi adalah kejahatan luar biasa yang harus terus menerus diperangi dengan kerja sama terutama oleh para pegiat anti korupsi. Pemikiran itulah yang menggerakkan sejumlah anggota DPR untuk bergabung dalam Organisasi Global Anggota Parlemen Anti Korupsi atau disingkat GOPAC yang sejauh ini didukung anggota parlemen dari 40 negara.
Ditingkat regional Asean, dibentuk pula SEAPAC (South East Asia Parliamentarian Anti-Corruption) yang Presidennya dijabat Ketua DPR Marzuki Alie. Tanggal 23-25 Oktober 2013, SEAPAC akan menggelar Sidang Umum untuk membahas rencana aksi bersama sekaligus meresmikan Gugus Nasional Anti-Korupsi Global di Indonesia yang dipimpin Wakil Ketua DPR Pramono Anung.
"Ini momentum yang baik untuk menyampaikan kepada publik masih banyak anggota DPR yang punya semangat, sungguh-sungguh anti korupsi, menolak hal illegal, yang haram," kata Ketua BKSAP DPR Surahman Hidayat dalam dialog radio 'Bersama Wakil Rakyat' kerja sama Pemberitaan Setjen DPR dengan RRI Pro3 Nasional di Jakarta, Jumat (18/10/13).
Dalam sidang umum yang akan dilaksanakan di Medan, Sumut itu diharapkan seluruh negara peserta dapat saling berbagi tentang permasalahan dan kemajuan yang telah dibuat. Pada akhirnya kerja sama ini dapat mendukung upaya mewujudkan Asean Community yang bebas dari korupsi.
"Kita di Indonesia ini sebenarnya jadi model karena sudah lebih dulu punya produk legislasi seperti UU Tipikor, KPK dibanding negara Asean lain, tetapi masalah korupsinya juga banyak," papar anggota Fraksi PKS ini.
Ia mengakui ada sejumlah pihak yang skeptis terhadap efektivitas pelaksanaan kegiatan, seperti sejumlah aspirasi dari pendengar yang diterima dalam dialog. Bagi wakil rakyat dari daerah pemilihan Jabar X ini pandangan tersebut harus dihormati dan menjadi kontrol bagi DPR dalam bekerja.
"SEAPAC ini membantu dalam mengindentifikasi masalah karena kita tahu mengetahui masalah itu sudah separuh dari solusi. Korupsi ini penyakit, maunya dihilangkan tapi rasanya tidak bisa selama setan masih memperdaya, paling tidak kita minimize. Kita terus berupaya dan tidak boleh putus asa," demikian Surahman. (iky), foto : wahyu/parle/hr.