Komisi I Terima Masukan Untuk Ratifikasi Perjanjian Dengan Turki
Komisi I DPR membahas rencana kerjasama bidang pertahanan antara pemerintah Republik Indonesia dengan pemerintah Republik Turki. Untuk itu Komisi I DPR menghimpun masukan dari pakar dan akademisi yakni Dr. Bantarto Bandoro dari UI, Prof. Dr. Azyumardi Azra UIN Jakarta dan Teuku Rezasyah, Ph.D dari Universitas Padjajaran, Selasa (17/6), di Gedung Nusantara, Jakarta.
Dalam acara yang dipimpin Wakil Ketua Komisi I Tantowi Yahya, Dr. Bantarto Bandoro mempertanyakan mengenai Grand Desain TNI yang sekarang ini yang harus lebih mengedepankanservice Angkatan Laut. Letak Indonesia yang dikelilingi beribu-ribu pulau menjadi sumber kerawanan bagi bangsa ini. Oleh karena itu, Indonesia membutuhkan instrumen yang kuat alat utama sistem pertahanan (alutsista) laut. Untuk memanfaatkan aset yang ada maka TNI AL harus segera memperbaiki alutsista yang dimiliki.
“Perjanjian industri ini menjadi sesuatu yang tidak zero some. Dalam sesuatu perjanjian harus membawa keuntungan bersama. Bagaimana perjanjian itu bisa memberikan manfaat yang sama besarnya dengan manfaat yang diterima dengan Turki. Sebab jika kita menjadi zero some, negara kita lebih jauh dirugikan ketimbang diuntungkan,“ ujarnya.
Ditambahkan, dari waktu ke waktu kerja sama pertahanan kita dengan AS dan negara lainnya sepertinya lebih memunculkan warna zero some ketimbang positive some, tidak setara. Dan bahkan kita sering dijadikan alat untuk ditekan.
Azyumardi Azra yang juga rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengatakan, secara umum arus hubungan lebih berpihak pada Turki, karena Turki lebih aktif dibandingkan dengan Indonesia. Saat ini selain Kementerian Luar Negeri, institusi negara lainnya juga harus bertindak pro aktif. Akan tetapi, kita cenderung in world looking daripada negara orang lain yaitu out world looking. Walaupun kita disegani oleh Turki dan banyak negara lain, tetapi kita kelihatannya kurang ekspansif.
Ia menambahkan, Indonesia dapat bertukar pengalaman dengan Turki. Dalam 15 tahun terakhir Turki sangat berhasil membangun infrastruktur yang fenomenal diantaranya perumahan-perumahan untuk rakyat miskin.
Sebenarnya, Indonesia telah lama terlibat dengan Turki dalam aliansi, tapi bukan aliansi peradaban. Indonesia bersama Turki menjadi leading sector. Aliansi seperti itu sudah tercipta sejak dulu dan sekarang ini harusnya memiliki kekuatan yang dapat disatukan.
Kerjasama dalam industri pertahanan dengan Turki menurut Azyumardi, menjadi sangat esensial dalam mengurangi ketergantungan kita pada negara yang selama ini memasok atau menjadi sumber utama dalam alutsista kita.
Sementara itu Teuku Rezasyah berharap Indonesia segera memiliki buku putih pertahanan Indonesia tahun 2014-2019. Dengan demikian kita mempunyai landasan yang kuat dalam rangka menjalin kerjasama pertahanan dengan negara lain. (as,br,mf)