Sosialisasi Jardiknas dan E-learning Minim
Panja Evaluasi Jardiknas dan E-Pembelajaran Komisi X DPR RI meninjau secara langsung pelaksanaan Jardiknas dan e-pembelajaran di dua sekolah yaitu SMAN 5 dan SMKN 8 di Propinsi Sulawesi Selatan beberapa hari yang lalu. Kunjungan itu bertujuan mendapatkan masukan data-data faktual mengenai persoalan pelaksanaan Jardiknas dan E-Pembelajaran.
“Jumlah capaian sekolah yang terkoneksi oleh jardiknas melalui schoolnet di Sulawesi Selatan masih sangat minim,”ujar Wakil Ketua Komisi X DPR Syamsul Bachri, baru-baru ini.
Menurutnya, dari sekitar 10 ribu sekolah di Sulsel baru ada 635 sekolah yang terkover atau sekitar 5.9 persen. Capaian ini masih terpaut jauh dengan rata-rata nasional yang baru mencapai 9.8 persen.
Dia menambahkan, sosialisasi Jardiknas dan e-learning masih sangat minim. Hal ini terlihat ketika mengunjungi SMAN 5 Makasar yang merupakan sekolah model dan menjadi rujukan di Sulsel yang ternyata pihak manajemen sekolah tidak mengetahui istilah jardiknas dan schoolnet.
Dia mengatakan, sosialisasi yang dilakukan pustekom, dan Kemendikbud baru mampumenjangkau ke level dinas pendidikan provinsi karena keterbatasan anggaran dan ketentuan batasan penggunaan anggaran untuk pengelolaan Jardiknas. “Pustekom Kemdikbud sebenarnya mengharapkan sosialissi di daerah dapat dilakukan oleh dinas pendidikan provinsi dan kabupaten/kota sehingga tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab pusat,”jelasnya.
Pusat, lanjutnya, memiliki keterbatasan untuk menjangkau sekolah seluruh Indonesia, baik keterbatasan sumberdaya manusia maupun keterbatasan anggaran. “Kapasitas jaringan yang disediakan oleh pemerintah di schoolnet sangat minim sehingga pemanfaatan e-pembelajaran kurang maksimal karena koneksi yang terbatas,”ujarnya. Hampir di semua sekolah terjadi over pemanfaatan terhadap koneksi yang disediakan oleh jardiknas. Oleh karena itu beberapa sekolah mensiasatinya dengan menyediakan jaringan tambahan yang dibiayai secara mandiri oleh sekolah. (eh)
Saat pertemuan dengan Tim Panja, Kepala Sekolah SMAN 5 Abdul Rachman menjelaskan , SMAN 5 mendapatkanpenghargaan dari dinas propinsi dengan nilai terbaik dan menjadi rujukan khusus untuk sekolah model serta mendapat urutan ke 40 dari 132 sekolah se Indonesia.
“Kegiatan proses belajar-mengajar menggunakan ICT dari tiap kelas proses pembelajaran dan kegiatan ektra diwajibkan khususnya kelas 10 dan 11 yaitu kegiatan pengembangan diri untuk berkonsentrasi menghadapi ujian nasional dan dari tahun ketahun ada peningkatan dalam arti kata 100 % kelulusan dan itu target untuk masuk PTN,”ujarnya. (eh)