Komisi VIII Terima Pengaduan Rektor UIN dan IAIN Se Jawa
Dalam RDP (Rapat Dengar Pendapat) Komisi VIII DPR RI dengan Dirjen Pendis (pendidikan Islam) Kementerian Agama dan para rektor IAIN, UIN se-Jawa pada Kamis (24/5) terungkap beberapa aduan atau masukan dari para rektor, diantaranya dari Syibli Sarjaya. Rektor IAIN Sultan Maulana Banten ini selain meminta pendistribusian dari Anggaran yang sempat terblokir karena pembintangan, juga meminta dukungan penambahan area kampus.
“Area kampus IAIN Sultan Maulana Banten seluas 3 hektar, sementara jumlah mahasiswa kami sekitar 7 ribu orang. Area itu tidak bisa menampung seluruh mahasiswa terlebih lagi jika sedang berlangsung kegiatan kampus, area parkir kami juga tidak mencukupi. Untuk itu kami mohon dukungan agar 2013 ini bisa dibangun lahan baru IAIN,”ungkap Syibli.
Ditambahkannya, hal tersebut sangat sulit terwujud jika mengharapkan DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) yang bersumber dari Kemenag. Menurutnya, kemungkinan hal tersebut baru terwujud pada 25 tahun mendatang.
Hal senada juga diungkapkan oleh Rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Maksum Mukhtar, diungkapkannya karena minat masyarakat kuliah di kampus ini sangat tinggi membuat daya tampung kampus tidak mencukupi.
“Kami sudah mendapat ijin dari kesultanan Cirebon untuk membebaskan tanah seluas 50 hektar. Untuk itu kami mohon kepada Komisi VIII untuk diberi kekuatan atau tambahan dana guna membebaskan lahan tersebut,”pinta Maksum.
Menanggapi hal tersebut, Anggota Komisi VIII DPR RI, Sumarjati Aryoso mengatakan bahwa hal tersebut sangat sulit, mengingat mereka juga tidak mencantumkan berapa dana yang diminta. Selain itu pembebasan tanah itu sangat complicated atau kompleks, menyangkut pembebasan lahan warga, dan relokasi warga dari lahan yang akan dibebaskan.
“Selain itu hitung-hitungannya juga berapa, misalnya berapa yang ingin dibebaskan, dan berapa harganya, serta berapa biaya pembangunannya. Dengan membangun unit baru perlu sarana dan prasarana lain, belum lagi penambahan dosen, alat-alat peraga. Itu semua perlu hitungan lebih cermat lagi. Bukan sekedar melempar ide-ide,”jelas Sumarjati.(Ayu) foto:ry/parle